Kutu beras yang merupakan serangga dengan nama ilmiah Sitophilus oryzae termasuk hama gudang yang menyerang komoditas di tempat penyimpanan. Serangga yang termasuk kelompok kumbang ini berukuran kecil dan mampu berkembang biak dengan cepat. Kutu beras memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi sehingga dapat ditemukan pada jagung, gandum, dan komoditas serealia lain.
Dengan kemampuan berkembang biak yang tinggi dan masa hidup yang cukup lama, serangga ini mampu menimbulkan banyak kerusakan pada komoditas yang diserangnya, mulai dari kehilangan aroma alami sampai menurunnya kadar nutrisi dan kualitas. Oleh karena itulah kutu beras perlu dikendalikan misalnya dengan menggunakan obat kutu beras.
Sebagai komoditas pangan, obat kutu beras yang digunakan harus mampu mengendalikan hama gudang serta harus memenuhi standar keamanan pangan dan tidak meninggalkan residu. Bahan kimia yang memenuhi kriteria tersebut adalah fosfin, yaitu gas yang terbentuk dari reaksi alumunium fosfida atau magnesium fosfida dengan uap air.
Fosfin yang memiliki nama kimia higrogen fosfida biasa digunakan sebagai fumigan dalam pelaksanaan fumigasi pada berbagai produk seperti biji-bijian, sereal, produk makanan olahan. Ini dilakukan karena fosfin memiliki karakteristik yang toksik dengan kemampuan penetrasi yang baik dan seragam. Selain itu, fosfin juga tidak mempengaruhi produk baik dari segi warna, aroma, maupun rasa. Kelebihan lain yang dimiliki fosfin adalah bahan kimia ini tidak banyak terserap oleh produk selama proses fumigasi berlangsung. Fosfin pada produk biasanya akan hilang setelah fumigasi.
Sebagai bahan kimia yang bersifat toksik, fosfin dapat digunakan untuk mengendalikan hama gudang yang berukuran kecil seperti kutu beras dan jenis kutu lainnya dalam waktu yang singkat dan biaya yang lebih murah. Namun, penggunaan bahan kimia ini harus memperhatikan sifat-sifat fosfin yang mudah terbakar, mudah meledak apabila terkena air, dan dapat bersifat korosif pada temperatur dan kelembapan tinggi apabila bereaksi dengan tembaga atau logam mulia.
Selain memperhatikan sifat-sifatnya, penggunaan fosfin sebagai fumigan juga harus memperhatikan hama gudang yang akan dikendalikan. Hal ini penting karena beberapa hama dalam stadia tertentu telah mengembangkan resistensi terhadap bahan kimia ini.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, fosfin relatif tidak berbahaya jika digunakan sebagai fumigan untuk produk-produk konsumsi karena sisa gas yang dapat dibuang dengan mudah saat proses aerasi atau pembuangan gas.
Meski begitu, pelaksanaan fumigasi menggunakan fosfin harus dilakukan dengan memperhatikan kadar air dari komoditas. Hal ini sangat penting karena fosfin sangat reaktif terhadap air. Oleh karena itulah komoditas yang akan difumigasi menggunakan bahan kimia ini direkomendasikan memiliki kadar air di bawah 22%.
Cara penggunaan fosfin sebagai fumigan harus memperhatikan beberapa hal berikut:
Fumigasi mengandalkan gas fosfin untuk menyebar ke tempat penyimpanan dan mengendalikan hama gudang. Agar proses fumigasi efektif dan tepat sasaran, ruang penyimpanan yang akan dilakukan fumigasi harus bersifat kedap udara sehingga gas fosfin atau fumigan yang digunakan tidak bocor ke luar dan mencapai konsentrasi yang tepat untuk membunuh hama. Meski begitu, proses fumigasi tetap dapat dilakukan pada ruangan yang tidak kedap gas, yaitu dengan memanfaatkan lembar penutup (sheet fumigation) atau sungkup.
Suhu atau temperatur ruangan dapat mempengaruhi distribusi gas. Oleh karena itulah suhu ruangan sangat penting dalam proses fumigasi. Suhu juga berpengaruh terhadap konsentrasi fosfin yang efektif untuk mengendalikan hama. Suhu ruangan yang direkomendasikan untuk fumigasi menggunakan fosfin adalah 21 derajat celsius. Fumigasi masih dapat dilakukan pada ruang penyimpanan dengan suhu di bawah 21 derajat, tetapi waktu paparan harus lebih lama dibanding fumigasi pada ruang bersuhu 21 derajat atau lebih. Artinya, suhu ruangan berpengaruh terhadap lamanya waktu paparan.
Dosis fumigan atau fosfin yang diperlukan sangat tergantung dari stadia hama yang akan dikendalikan. Oleh karena itulah monitoring perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan fumigasi. Efektif atau tidaknya fumigasi tidak hanya dipengaruhi oleh dosis fumigan dan stadia hama, tetapi juga dipengaruhi oleh lamanya waktu paparan atau exposure time. Meski begitu, penggunaan dosis juga kadang menyesuaikan dengan jenis komoditas yang difumigasi serta permintaan dari pelanggan atau ketentuan yang diberikan negara tujuan.
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan fumigasi, salah satunya adalah kelayakan tempat fumigasi. Hal ini penting dilakukan karena gas fosfin yang digunakan sebagai fumigan pada dasarnya memiliki sifat yang toksik dan dapat memberikan dampak negatif pada manusia apabila terpapar. Oleh karena itulah tempat fumigasi harus memiliki sumber listrik dan air, terlindung dari hujan dan angin kencang, memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup, bebas genangan atau banjir, dan terletak di lingkungan yang jauh dari pemukiman.
Fosfin adalah bahan kimia yang sangat reaktif terhadap air sehingga produk yang akan difumigasi dengan obat kutu beras berbahan aktif fosfin ini harus memenuhi standar kadar air, yaitu 22%. Selain reaktif dengan air, bahan kimia ini juga reaktif terhadap logam seperti tembaga, emas, perak, sutera, garam-garaman logam, dan seng pada kelembapan relatif di atas 90%. Artinya, sebelum melakukan fumigasi menggunakan fosfin, tidak hanya memastikan bahwa ruangan yang akan difumigasi telah tertutup rapat, perlu dipastikan juga kalau didalam ruangan tersebut tidak ada material yang terbuat dari logam.
Selama dilakukan dengan benar, fosfin tidak akan berpengaruh terhadap komoditas ataupun membahayakan lingkungan di sekitarnya.
Jika Anda ada pertanyaan atau membutuhkan informasi lebih lanjut tentang produk kami, hubungi kami sekarang !