Kutu beras adalah hama yang mengganggu dan dapat menurunkan kualitas beras yang ada di tempat penyimpanan. Meski telah disebutkan bahwa kutu beras aman jika tidak sengaja tertelan, tetap saja keberadaannya tidak disukai oleh petani dan pedagang beras. Selain karena mengganggu, kutu beras juga dapat mengambil nutrisi serta membuat beras kehilangan aroma alaminya.
Untuk mengatasi kutu beras di gudang penyimpanan, ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan cara alami serta menggunakan bahan kimia.
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan kutu beras dengan cepat, misalnya dengan pengendalian alami. Pengendalian alami yang dimaksud amat bervariasi, misalnya dengan manipulasi suhu serta menggunakan bahan-bahan aromatik tertentu yang tidak disukai oleh kutu beras.
Cara menghilangkan kutu beras menggunakan manipulasi suhu maksudnya adalah dengan menjemur beras secara langsung di bawah sinar matahari selama beberapa jam. Dengan cara ini, beras akan terpapar oleh panas sinar matahari yang membuat kutu merasa terganggu. Akibatnya, serangga tersebut pun akan pergi dengan sendirinya.
Selain menggunakan sinar matahari untuk menciptakan lingkungan bersuhu panas bagi kutu, pengendalian kutu beras menggunakan manipulasi suhu juga dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan memasukkan beras ke lemari es atau freezer. Bekukan beras di dalam freezer setidaknya selama 1 minggu sampai kutu menghilang. Selain dapat menghilangkan kutu, cara pendinginan ini juga efektif untuk menghilangkan telurnya.
Selain menggunakan manipulasi suhu untuk menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi kutu beras untuk hidup, pengendalian kutu beras juga dapat dilakukan menggunakan bahan-bahan aromatik yang tidak disukai kutu. Bahan-bahan tersebut antara lain daun jeruk nipis, daun salam, kayu manis, dan cabai merah kering. Keempat bahan tersebut memiliki aroma yang kuat dan tidak disukai oleh kutu beras. Oleh karena itulah bahan tersebut dapat digunakan untuk dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan beras. Sayangnya, cara ini agak sulit diaplikasikan pada beras yang disimpan dalam jumlah banyak. Dengan kata lain, cara ini cenderung lebih efektif apabila diaplikasikan pada skala rumahan yang tidak banyak menyimpan beras.
Jika pengendalian secara alami dapat dilakukan dengan cara yang cenderung lebih rumit karena harus menyediakan tempat untuk menjemur, membekukan, dan menempatkan bahan-bahan beraroma pada beras, pengendalian kutu beras dengan menggunakan bahan kimia cenderung lebih praktis. Ini karena pengendalian kutu beras menggunakan bahan kimia biasanya menggunakan metode fumigasi, yaitu pengendalian menggunakan bahan kimia yang dapat berubah menjadi gas.
Daya infiltrasi gas yang lebih tinggi dari bahan-bahan berbentuk padat atau cair adalah kelebihan melakukan pengendalian kutu menggunakan cara obat kutu beras ini. Beras yang ada di gudang penyimpanan tidak perlu dipindah ke tempat lain karena gas dapat menjangkau tempat-tempat seperti celah kecil sekalipun. Namun, karena menggunakan gas, fumigasi harus dilakukan pada ruangan tertutup agar gas atau bahan aktif yang digunakan efektif mengendalikan kutu beras.
Fumigasi untuk mengendalikan kutu beras umumnya menggunakan bahan kimia dengan bahan aktif alumunium fosfida atau magnesium fosfida. Bahan ini jika bereaksi dengan uap air dapat membentuk gas fosfin dan alumunium hidroksida atau magnesium hidroksida. Umumnya, pada alumunium fosfida yang memang diformulasikan sebagai obat fumigasi, bahan pelapis telah ditambahkan. Tujuannya agar pelepasan gas ke udara menjadi lebih lambat. Pelapisan juga dilakukan untuk mencegah agar fosfin tidak terakumulasi di udara dalam konsentrasi tinggi karena gas ini dapat menyebabkan kebakaran jika dalam konsentrasi tinggi. Bahan pelapis yang digunakan untuk menghambat pelepasan fosfin umumnya berupa lilin parafin dan lapisan matric plastic.
Fumigasi dapat dilakukan dengan beberapa tahap berikut ini:
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melakukan fumigasi adalah memilih fumigan yang tepat. Methyl bromida merupakan fumigan yang biasa digunakan dalam fumigasi. Namun, bahan ini tidak aman digunakan pada produk-produk konsumsi seperti beras. Oleh karena itulah fumigasi pada produk konsumsi umumnya menggunakan fosfin yang cenderung lebih aman dan tidak meninggalkan residu pada produk atau komoditas tertentu selama proses fumigasi.
Penyusunan rencana kerja serta alat dan bahan sangat penting, termasuk siapa saja teknisi atau fumigator yang akan terjun untuk melakukan fumigasi.
Fumigasi akan efektif apabila dilakukan di ruang tertutup dan kedap udara. Oleh karena itulah pemeriksaan tempat yang akan difumigasi perlu dilakukan untuk memastikan fumigasi benar-benar efektif.
Sebelum pelaksanaan, persiapan bahan untuk fumigasi perlu dicek kembali untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal. Pastikan semua persiapan berjalan dengan baik, termasuk pemasangan jalur sampling, jalur pemasok gas, pemasangan sheet, pemasangan tanda peringatan, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan fumigasi dapat dilakukan dengan menempatkan obat tablet berbahan aktif alumunium fosfida atau magnesium fosfida yang dapat melepaskan gas fosfin. Setelah pelepasan gas, monitoring perlu dilakukan dalam waktu tertentu, kemudian baru dilakukan aerasi atau pembebasan gas. Aerasi tidak boleh dilakukan secara asal karena fosfin termasuk gas beracun yang dapat memberikan efek samping jika kontak dengan tubuh. Pembebasan gas dapat dilakukan apabila konsentrasi fosfin kurang dari 5 ppm.
Langkah ini dilakukan untuk menentukan apakah fumigasi yag dilakukan efektif dalam mengendalikan kutu beras.
Jika Anda membutuhkan ahli yang berpengalaman dalam fumigasi gudang, Anda bisa berkonsultasi dengan tim kami untuk memastikan proses tersebut dilakukan dengan benar sehingga efektif dalam membasmi kutu beras.
Jika Anda ada pertanyaan atau membutuhkan informasi lebih lanjut tentang produk kami, hubungi kami sekarang !