Pala merupakan salah satu rempah yang memiliki sejarah yang sangat panjang. Dalam beberapa catatan sejarah Indonesia, Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang tiba di Pulau Banda, Maluku. Mereka datang untuk mencari rempah-rempah seperti pala dan cengkih, kemudian dibawa dan dijual di Eropa. Sementara dalam catatan sejarah versi panjang lainnya, Pala telah menjadi bumbu potensial di abad ke-6. Saat itu Bizantium menempuh jarak 12.000 kilometer ke Banda untuk mendapatkan bumbu ini. Masyarakat Arab bahkan menggunakan pala sebagai barang barter, yang akhirnya memperkenalkan rempah-rempah tersebut ke Venesia dan kemudian dikenal sebagai salah satu bumbu penting dalam masakan Eropa. Kemudian sejarah ekonomi mencatat bahwa monopoli Arab di Venesia memicu masuknya Portugis ke Maluku.
Di Indonesia, Pala kemudian menyebar ke daerah lain. Tanaman ini cocok tumbuh di daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Masyarakat setempat memanfaatkannya sebagai penyedap masakan dan beberapa kali telah ditemukan penelitian tentang penggunaan pala dalam minuman tradisional. Dalam perkembangan yang lebih modern, buah pala kemudian diolah untuk digunakan sebagai obat dan bahan kosmetik. Sebagai negara pengekspor rempah-rempah termasuk pala, Indonesia mengekspor pala dalam bentuk kering untuk menghindari proses pembusukan selama perjalanan. Hanya saja, proses ekspor pala kering juga mengalami kendala karena membutuhkan tempat yang sangat luas. Proses transportasi menjadi tidak efisien dan membutuhkan biaya tinggi. Alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan adalah dengan mengekstrak buah pala agar proses ekspor dapat lebih efisien. Ekstraksi pala mudah dikemas dan higienis, sehingga kualitasnya terjaga dengan baik.
Proses ekstraksi buah pala juga bertujuan untuk mendapatkan oleoresin yang merupakan campuran minyak dan resin yang diekstraksi menggunakan pelarut organik. Oleoresin memiliki pembawa aroma dan rasa yang tidak mudah menguap, sehingga ekspor dalam bentuk ini dianggap lebih menguntungkan dan efisien. Proses ekstraksi terdiri dari dua tahap yaitu dengan mengekstraksi 20 gram buah pala kering yang dilarutkan dengan metanol pada suhu ekstraksi 40°C, 50°C, 60°C dengan kecepatan pengadukan 700 rpm selama 6 jam. Tahap kedua dilanjutkan dengan destilasi selama 6 jam untuk mendapatkan rendemen yang dihasilkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yield oleoresin terbesar terjadi pada ekstraksi maserasi pada suhu 40°C.
Jika Anda ada pertanyaan atau membutuhkan informasi lebih lanjut tentang produk kami, hubungi kami sekarang !